Sunday, September 28, 2014

Bentuk pendidikan zaman Praaksara, Hindu-Buddha, dan Islam

Cara mendidik dari orang tua atau guru kepada anak atau siswa selalu berubah dari waktu ke waktu. Pendidikan dimulai dari keluaga sampai pada lembaga pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Bentuk pendidikan yang dipilih oleh seseorang kepada generasi penerusnya selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman.

Pada zaman praaksara
Cara mendidik pada saat itu masih sangat sederhana, pendidikan hanya dilakukan di keluarga karena saat itu belum dikenal tulisan. Keluarga yang terdiri atas bapak dan ibu memberikan ketrampilan untuk berburu dan mengumpulkan makanan. Pendidikan berbentuk aplikatif langsung di alam dan berlangsung secara turun menurun antar generasi. 
Kemudian mereka belajar cara bercocok tanam, hal ini dilakukan karena dirasa berburu tidak lagi efektif menghasilkan makanan. Dengan bertani mereka bisa hidup menetap di rumah-rumah sederhana dan memberikan pendidikan kepada anak-anaknya di tempat itu.
Ketika zaman perundagian pengajaran sudah diarahkan untuk menguasai pembuatan beberapa benda logam, misalnya nekara dan moko. Pengajaran juga dilakukan pada tingkat sosial tertentu karena pada masa perundagian sudah ada pembagian tugas dan  tingkatan sosial dari rakyat jelata sampai kepala suku.   

Pada zaman Hindu-Buddha
Secara umum pendidikan pada masa Hindu Buddah dilakukan oleh masing-masing orang tua kepada anaknya sesuai dengan kastanya masing-masing. Kemampuan berdagang dan bertani diajarkan dengan baik pada tingkat umur seseorang pada saat itu. Khusus untuk kasta ksatria maka pendidikan yang didapat dari kaum bramana yang mengajar di kuil-kuil. Bentuk pendidikan secara infomal, jadi murid bisa keluar atau berpindah ke guru yang lain dengan mudah. Biasanya murid yang datang ke guru, tetapi untuk kalangan raja dan putra mahkota biasanya akan memanggil guru untuk datang ke istana untuk mengajarkan ilmu pemerintahan, sastra, ilmu sosial dan ilmu pasti. Selain itu ada juga ada sebagian kaum brahmana yang belajar ke India untuk memperdalam ilmu yang dimilikinya.

Pada Zaman Islam
Masa awal Islam berkembang di Indonesia, Pendidikan di mulai dari musholah atau langgar. Letaknya ada disetiap kampung, menjadikan musholah tempat untuk membina warga sekitar untuk memperdalam ilmu agama sekaligus melakukan ibadah sholat dan mengaji. 
Dengan semakin banyaknya warga yang memeluk agama Islam, kemudian muncul lembaga pendidikan yang lebih besar, yaitu pondok pesantren. Lembaga ini berbentuk asrama dimana santri dan Ulama atau Kyai tinggal pada satu tempat. Santri diajarkan ilmu agama secara mendalam dengan tujuan nanti bisa mengajarkan ilmu itu kepada orang lain. Selain itu santri juga diajarkan ilmu sosial, ekonomi dan ilmu-ilmu lainnya. Pada masa itu kebanyakan santri akan mendirikan pesantren didaerahnya ketika dia lulus. Sehingga banyak sekali jumlah pondok pesantren pada saat itu di Indonesia. 

Ide dan cara meningkatkan Partisipasi Pendidikan

Angka partisipasi pendidikan adalah jumlah perbandingan antara jumlah siswa yang bersekolah atau menempuh pendidikan dengan jumlah penduduk pada usia tertentu. Misalnya partisipasi pendidikan dasar maka akan membandingkan jumlah siswa SD dengan jumlah anak usia 7 - 12 tahun pada wilayah yang sama. Memang secara umum partisipasi pendidikan di Indonesia masih rendah, maka diperlukan langkah atau ide yang bagus untuk mengatasinya.

1. Sekolah gratis bagi pendidikan dasar
Biaya operasional sekolah atau BOS merupakan solusi yang bagus dari pemerintah. Dengan adanya BOS maka program wajib belajar 9 tahun bisa dilaksanakan dengan baik. Pada saat ini tidak ada alasan bagi siswa tidak mampu untuk tidak sekolah karena untuk pendidikan dasar sudah digratiskan oleh pemerintah. Diharapkan BOS juga berlaku sampai pendidikan atas yaitu SMA, agar semua anak di Indonesia bisa menikmati bangku sekolah sampai SMA.

2. Memberikan Beasiswa 
Beasiswa bagi siswa dari keluarga kurang mampu bisa membantu untuk menyediakan kebutuhan sekolah mereka, misalnya: seragam, sepatu dan buku pelajaran. Dengan adanya beasiswa diharapkan siswa bisa lebih semangat belajar tanpa terganggu oleh masalah ekonomi keluarganya.

3. Program Wajib Belajar
Ada beberapa daerah sudah mencanangkan wajib belajar selama 12 tahun. Hal ini ditujukan agar semua warga merasa berkewajiban untuk menamatkan sekolah sampai jenjang menengah atas. Program ini bisa menyadarkan masyarakat bahwa pendidikan penting bagi masa depan anak-anak mereka.

4. Membangun gedung sekolah sampai ke daerah terpencil
Pemerataan sarana prasarana pendidikan ini yang paling penting karena sebagai tempat belajar yang memadai agar siswa menjadi nyaman dalam belajar. Sering kali daerah terpencil dan pedalam kurang diperhatikan oleh pemerintah sehingga mereka tidak mempunyai gedung sekolah. Dengan meratanya jumlah gedung sekolah diseluruh Indonesia bisa meningkatkan partisipasi pendidikan dari rakyat Indonesia.

5. Program profesi guru
Bagi mahasiswa kependidikan diwajibkan untuk mengikuti program profesi guru di tempat-tempat terpencil seluruh Indonesia. Program ini bertujuan agar mahasiswa  bisa mengaplikasikan ilmu keguruannya sekaligus memberikan pelayanan pendidikan di daerah-daerah terpencil. Dan diharapkan angka partisipasi pendidikan di daerah tersebut bisa meningkat.

6. Perbaikan sarana prasarana transportasi
Dengan kondisi jalan yang mulus dan alat transportasi umum yang memadai maka akan memudahkan murid untuk datang ke sekolah. Mereka bisa tepat waktu dan tidak kesulitan untuk menempuh pendidikan di sekolah.



 

Saturday, September 27, 2014

Mengapa taraf pendidikan penduduk masih rendah

Menurut data tahun 2010 menunjukan bahwa sebanyak  lebih dari 50 persen penduduk Indonesia hanya lulusan Sekolah Dasar atau tidak sekolah sama sekali. Sedang yang lulusa perguruan tinggi hanya mencapai kurang lebih 5 persen. Sedangkan sisanya merupakan lulusan SMP atau SMA dan sederajat. Data di atas memberigambaran bahwa tingkat pendidikan di Indonesia masih rendah. Penyebab dari masalah tersebut adalah sebagai berikut ; 

Aspek Geografis
Luas negara ini yang membentang dari sabang sampai merauke yang terdiri atas pulau - pulau yang dipisahkan lautan yang luas sangat menyulitkan dalam membangun sarana prasarana pendidikan yang memadai. Selain itu bentuk muka bumi yang sangat bervariatif antara pantai, dataran rendah sampai pada pegunungan juga menjadi faktor yang menghambat peningkatan mutu pendidikan. Sehingga tidak mengherankan ada dibeberapa daerah tidak terdapat sekolah dasar karena sulitnya sarana transportasi dan kalaupun ada sekolah di situ pasti kondisi bangunannya memprihatinkan. 

Kondisi geografis juga menyulitkan bagi guru-guru untuk menjangkaunya, misalnya di daerah pedalaman, seorang guru memerlukan waktu berjam-jam untuk sampai ke sekolah karena harus menyusuri sungai dan jalan kaki di daerah pegunungan yang tidak ada jalan raya. 

Aspek Ekonomi 
Angka kemiskinan yang tinggi bisa menjadi faktor utama mengapa banyak siswa yang tidak melanjutkan sekolah. Sedangkan di lain sisi biaya sekolah yang mahal bisa menutup kesempatan bagi kalangan tidak mampu untuk bersekolah. Belum lagi pada tingkatan perguruan tinggi yang mematok biaya yang mencapai jutaan rupiah jelas sangat sulit dijangkau oleh masyarakat yang kurang mampu. Sehingga sampai saat ini lulusan perguruan tinggi sangat sedikit jika dibandingkan dengan seluruh penduduk Indonesia.

Negara juga hanya mampu menjamin pendidikan gratis untuk pendidikan dasar tetapi masih belum mampu dilakukan hal yang sama pada pendidikan tinggi. Keadaan ini nampaknya yang membuat penduduk Indonesia hanya mampu sekolah pada tingkat dasar atau menengah tetapi tidak mampu meneruskan ke pendidikan tinggi atau kesarjanaan.  

Aspek Sosial 
Lingkaran setan kemiskinan telah memaksa sebagian anak-anak untuk membantu pekerjaan orang tuanya, ada sebagian mereka yang bekerja sebagai pemulung, pengamen, dan bekerja di pabrik-pabrik. Semua itu mereka lakukan hanya sekedar menyambung hidup. Kesibukan bekerja tersebut membuat mereka putus sekolah. Situasi ini sering terjadi di pemukiman-pemukiman kumuh di kota-kota besar atau di desa-desa tertinggal yang mempunyai angka kemiskinan yang tinggi.

Aspek Budaya
Ada sebagian penduduk yang berpendapat bahwa pendidikan tidak penting. Mereka tidak mau berinteraksi dengan dunia luar karena takut nanti budaya asli mereka akan hilang jika ada penduduk yang bersekolah. Hal ini biasanya terjadi pada suku-suku dipedalaman. maka dari itu perlu untuk diberi penerangan agar mereka mau masuk bangku sekolah dan belajar ilmu pengetahuan.

hasil-hasil kebudayaan Praaksara, Hindu-Buddha, dan Islam

Kehidupan dan peradapan manusia selalu berubah menuju sebuah prikehidupan yang lebih baik. Sejak awal adanya kehidupan di Bumi ini, manusia selalu belajar dan mempelajari alam, mereka berusaha beadapatasi dengan alam, kemudian berusaha untuk membuat alat atau perangkat yang bisa membuat mereka nyaman dan bisa tetap bertahan hidup. Bahkan untuk jaman sekarang manusia sudah bisa membuat alam menjadi lebih berguna dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya. berikut ini adalah perkembangan kebudayaan dan hasil pola pikir manusia dari jaman praaksara, jaman Hindu Buddha dan jaman Islam.

Ketika  pra asksara 
Secara geografis manusia saat itu hanya tersebar dibeberapa tempat saja di bumi ini. manusia kebanyakan mengembara dan tidak mempunyai tempat tinggal atau nomaden. Mereka akan mencari tanah lapang yang banyak hewan atau tumbuhan untuk kebutuhan makanan mereka. Berburu adalah keahlian pertama yang dimiliki oleh manusia pra aksara. Jika potensi makanan dirasa sudah habis maka mereka akan berpindah ke daerah lain yang lebih banyak menyediakan makanan. Tetapi dengan berubahnya waktu, kemudian ada pemikiran untuk menetap dengan tinggal di rumah sederhana dan goa-goa yang dekat dengan aliran sungai. Pada masa itu sudah dikenal kegiatan bercocok tanam dan memelihara beberapa hewan ternak. Jadi manausia sudah tinggal pada tempat yang sama meskipun sederhana dalam sebuah koloni yang jumlahnya terbatas.

Jika dilihat dari kegiatan ekonomi pada masa praaksara, pemenuhan kebutuhan hanya untuk dikonsumsi pada hari yang sama, misalnya : jika mendapat buruan hewan maka akan langsung dimakan pada saat itu juga. Pada jenis biji-bijian tertentu akan disimpan untuk persediaan jika tidak mendapatkan hewan buruan. Pola pikir yang berkembang akhirnya memunculkan sistem barter yang berguna untuk mengatasi perbedaan kebutuhan yang sudah mulai berkembang pesat.

Pada masa ini kebudayaan juga berkembang pesat, awalnya manusia yang hanya berjumlah sedikit tidak terlalu memerlukan budaya yang mengatur kehidupan mereka, tetapi jumlah populasi yang semakin besar akhirnya menimbulkan masalah antar individu yang perlu ada solusi, sehingga mereka belajar untuk membuat norma dan nilai. Kemudian mereka membuat pembagian tugas, misalnya: ada yang jadi pemburuh, petani, tukang logam, dan kepala suku. Selain itu juga sudah mulai ditemukan bahasa verbal untuk berkomunikasi dan kesenian yang berupa seni lukis dan nyanyian.

Dengan pertambahan jumlah penduduk menyebabkan muncul koloni-koloni manusia prakasara yang cukup besar yang kemudian mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku, dimana dia secara politik dipilih dari orang paling dihormati atau yang paling kuat. Sehingga mampu memberi perlindungan bagi anggota koloni yang lain. 

Ketika masa Hindu Buddha
Hubungan Indonesia dengan India sudah terjalin sejak lama, secara geografis kedua kawasan bisa dijangkau dengan kapal laut memlalui samudera Hindia. Agama Hindu Buddha sengat berkembang di India yang kemudian ajarannya dibawa oleh pedagang masuk ke Nusantara. Dan penduduk menerima kepercayaan ajaran Hindu Buddha dengan baik dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari pada saat itu. 

Munculnya pedagang-pedagang dari India membuat pelabuhan yang ada di Indonesia menjadi ramai dan kegiatan ekonomi meningkat.  Barang dagangan yang berupa kain dan keramik dari India kemudian ditukar dengan rempah-rempah yang berasal dari Nusantara. Proses itu membuat semua kebutuhan rakyat dibeberapa kerajaan bisa dipenuhi dengan baik dan kesejahteraan meningkat.

Sejak masuknya Agama Hindu-Buddha, budaya warga nusantara menjadi berubah dan ada sistem kasta pada Agama Hindu sehingga beberapa kerajaan ada pembagian kasta antara brahmana yaitu kaum pendeta, ksatria yaitu kaum bangsawan, waisya yaitu kaum pedagang  dan sudra yaitu kaum rakyat jelata. Seni budaya yang berkembang berupa tarian, pertunjukan wayang dan sangat banyak karya sastra, terutama dari kerajaan-kerajaan yang ada di pulau Jawa. 

Kerajaan bernuansa Hindu Buddha muncul pertama kali di Pulau Kalimantan dan merubah peta perpolitikan saat itu, dimana biasanya kepala suku sebagai pemegang kekuasaan tertinggi kemudian digantikan oleh raja yang berkuasa mutlak dan apabila mangkat akan digantikan oleh keturunannya. Sehingga pada saat itu muncul beberapa dinasti kerajaan.

Ketika masa Islam
Selain India, ada pedagang lain juga yang rajin mengunjungi Indonesia untuk berdagang kebutuhan sehari-hari. Mereka mengarungi samudera Hindia yang secara geografis sangat luas dengan kapal dagang. Kedatangan kapal dari Arab biasanya membawa kebutuan misal: minyak wangi, kain dan lainya. Ketika mereka kembali akan membawa hasil bumi Indonesia yang akan dijual kembali di jazirah Arab. Pedagang inlah yang membawa Ajaran Islam kepada rakyat pribumi tertama yang tinggal di pesisir pantai. Dan ada sebagian dari mereka juga menikah dengan warga setempat sehingga mempercepat tumbuhnya agama Islam di Indonesia. Selain itu, perdangan ini bisa menambah kesejahteraan rakyat nusantara secara ekonomi saat itu.

Secara ekonomi sudah terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara pedagang Arab dan Gujarat dengan pedagang dari Indonesia. Sehingga kebutuhan masing-masing penduduk bisa terpenuhi dengan baik. Selain itu ada beberapa kerajaan Islam yang menggunakan mata uang dari Arab sebagai alat transaksi perdagangan.

Secara sosial, Islam tidak mengenal kasta, sehingga hal ini membuat rakyat mudah menerima ajaran Islam, selain itu runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu Buddha semakin mendukung berkembangnya Islam. Hasil karya seni budaya pada masa Islam banyak dipengarui budaya arab, Misalnya : karya kaligrafi, musik gambus, dan karya sastra berupa : Hikayat, Suluk serta syair.

Dalam kerajaan Islam, secara politik gelar Raja digantikan menjadi Sultan yang mempunyai penasehat yaitu ulama. Raja akan selalu mendiskusikan kebijakan dengan ulama agar rakyat bisa lebih sejahtera hidupnya. Sultan akan digantikan keturunannya atau putra mahkota apabila dia mangkat dari kekuasaannya.






Friday, September 26, 2014

Solusi Kreatif Mengatasi Timpangnya Kepadatan Penduduk Indonesia

Tidak meratanya  jumlah rakyat Indonesia dari barat ke timur, di mana pulau Jawa menjadi pulau paling banyak penduduknya yang mencapai 60% penduduk Indonesia memerlukan ide yang kreatif untuk bisa mengatasi kepadatan penduduk negara ini yang tidak merata.

Dari Aspek  Sosial
Sifat orang Indonesia yang sulit untuk berubah dan mencari tantangan di tempat lain menyebabkan sulitnya untuk melakukan penyebaran penduduk di wilayah Indonesia. Maka perlu ada solusi secara sosial untuk mengatasinya. Iklan layanan masyarakat di televisi atau radio yang menunjukkan keberhasilan seseorang yang melakukan transmigrasi. Dengan kesejahteraan yang diraih oleh beberapa transmigran akan membuat orang lain untuk ikut transmigrasi sehingga ketimpangan persebaran  bisa diatasi dengan baik. 

Selain itu juga perlu ada penyuluhan dari dinas kependudukan agar masyarakat tidak ke kota dan tetap membangun desa karena desa sangat membutuhkan SDM untuk  meningkatkan taraf sosial warganya.

Dari Aspek Ekonomi
Cara yang paling bagus untuk melakukan penyebaran penduduk adalah membangun kawasan-kawasan industri yang ada di luar Jawa. Sehingga kawasan tersebut bisa berkembang secara ekonomi dan menarik warga di Jawa untuk pindah ke kawasan industri tersebut di luar Jawa. Bidang industri secara langsung bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak sehingga bisa cepat mengatasi pengangguran dan kemiskinan sekaligus.

Selain itu perlu diadakan pelatihan-pelatihan ketrampilan bagi  warga desa agar bisa mandiri untuk membuat kerajinan tangan atau industri rumahan yang bisa menambah pendapatan warga dan mereka tetap tinggal di desa.

Dari aspek budaya
Perlu perubahan budaya, misalnya ada pri bahasa Jawa, makan tidak makan yang penting ngumpul, jadi terkadang orang orang tidak mau pindah karena tidak mau berpisah dengan keluarga. Maka perlu ada perubahan budaya agar orang mau pindah tempat yang lebih jarang penduduknya agar bisa meningkatkan kesejahteraannya. 

Diadakanya festival budaya agar suatu daerah berkembang bidang pariwisatanya. Dengan perkembangan tersebut bisa meningkatkan taraf ekonomi dan bisa menahan penduduknya untuk keluar daerah. Dan orang lain akan datang ke tempat itu.

Dari aspek politik 
Pemerintah harus memberikan subsidi bagi orang yang mau ikut transmigrasi sehingga ada ketertarikan yang kuat untuk ikut program tersebut. Setiap keluarga mendapat tunjangan selama satu tahun akan menjamin kelangsungan hidup para transmigran selama mereka merintis pekerjaannya. 

Perlu ada undang-undang atau peraturan pemerintah yang memberikan payung hukum dan jaminan kepada keluarga yang melaksanakan program transmigrasi. Presiden juga harus memberikan anjuran kepada rakyatnya agar tetap membangun daerah tanpa harus pindah ke daerah lain yang lebih banyak warganya. 



 


.

Akibat Sebaran Kepadatan Penduduk Indonesia yang Tidak Merata

Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 250 juta jiwa pada saat ini mendiami hampir seluruh pulau yang ada di negeri ini. Tetapi penyebaran penduduk yang ada tidak seimbang antara pulau satu dengan pulau lainnya. Pulau Jawa menjadi pulau terpadat sampai saat ini jumlah penduduknya. Bahkan beberapa media mengatakan bahwa pulau Jawa adalah pulau terpadat di Dunia. Sedangkan pulau lain, misalnya Kalimantan, Sumatera dan Papua penduduknya cenderung berjumlah sedikit.

Dampaknya pada bidang sosial
Penduduk yang tidak merata bisa menyebabkan terjadinya ketimpangan sosial pada daerah tertentu, misalnya dikota besar akan muncul pemukiman-pemukiman kumuh di bantaran sungai yang sangat padat. Pemukiman kumuh ini menyebabkan masalah sosial yaitu kemiskinan. Selain itu terdapat juga masalah kesehatan karena sangat sulitnya mendapatkan air bersih dan tidak adanya sanitasi yang memadai. Pencemaran lingkungan juga terjadi karena limbah rumah tangga dibuang begitu saja ke sungai. Para penduduk juga melakukan kegiatan sehari-hari di sungai, misalnya : mencuci, mandi dan buang hajat di sungai. Dan semua kegiatan itu dapat merugikan bagi penduduk di sekitar sungai.

Penduduk yang padat juga menimbulkan banyaknya aksi kriminalitas, karena sangat ketatnya persaingan untuk mencari nafkah sehingga sebagian penduduk tidak mendapatkan pekerjaan atau menganggur. Hal ini menyuburkan tindak kriminal di masyarakat.

Di lain tempat yang penduduknya sangat sedikit akan terjadi kekurangan sumber daya manusia yang bisa menghambat pembangunan. Padahal pembangunan di daerah tertinggal sangat membutuhkan SDM yang banyak dan berkualitas. Tetapi sekali lagi mental masyarakat yang ingin cepat mendapatkan pekerjaan sehingga mereka lebih memilih pindah ke daerah-daerah yang padat penduduknya, misalnya di perkotaan atau di pulau Jawa.

Dampaknya pada bidang Ekonomi
Sebaran penduduk yang timpang bisa menyebabkan pemusatan kegiatan ekonomi hanya pada daerah tertentu saja. Perkotaan menjadi tempat terjadinya kegiatan ekonomi yang paling besar. Semua fasilitas perdagangan, industri dan transportasi ada di sana, Sehingga hasil-hasil pembangunan dan kesejahteraan hanya dinikmati hanya segelintir orang saja. Sedangkan di daerah lainnya yang mempunyai penduduk sedikit akan kurang terperhatikan dan kesejahteraan ekonominya menurun karena kurang fasilitas dan tidak adanya sumber daya ekonomi.

Masalah pengangguran dan kemiskinan juga menjadi hal bisa terjadi jika penduduk yang tidak merata. Sehingga perlu ada solusi untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan program transmigrasi dan pembangunan klaster-klaster industri di luar jawa. 

Dampak di Bidang Budaya
Budaya masyarakat Indonesia yang suka bergotong royong dan bekerja sama juga akan hilang jika terjadi ketimpangan jumlah penduduk. Hal ini dikarenakan penduduknya jumlahnya terlalu padat akan membuat persaingan yang sangat ketat sehingga menyababkan penduduk menjadi lebih individualis. Sedangkan daerah yang penduduknya kurang akan kehilangan budaya asli mereka karena tidak ada lagi yang mau melestarikan budaya tersebut. Kebanyakan penduduk lebih tertarik ke daerah yang lebih padat yang multikultur sehingga kebudayaan masing-masing penduduk akan hilang atau melebur dengan budaya  lainya dalam bentuk akulturasi dan asimilaisi. Akibat lebih lanjut banyak penduduk yang kehilangan budaya leluhur mereka berganti dengan budaya yang baru yang cenderung mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan orang banyak.

Dampak di Bidang Politik  
Dalam perpolitikan Indonesia yang menggunakan sistem pemilihan distrik proposional akan menimbulkan masalah dalam penentuan jumlah wakil rakyat pada setiap daerah. Di pulau Jawa dengan penduduk yang begitu besar tetapi wilayahnya sempit biasanya mempunyai wakil rakyat dalam jumlah banyak. Itu akan ditentang oleh penduduk di pulau lain yang mempunyai penduduk sedikit tetapi mempunyai wilayah yang luas. Mereka hanya wakil rakyat yang sedikit padahal di daerah mereka mempunyai sumber daya alam yang sangat banyak. Sehingga terjadi ketidakadilan keterwakilan di DPR antara Jawa dangan daerah lain di luar Jawa. Maka dari itu perlu ada kebijakan politik dalam menentukan jumlah wakil rakyat antara daerah yang padat penduduknya dengan daerah yang jarang penduduknya.

Selain itu Kepala Daerah sangat  sulit melakukan pembangunan  jika penduduknya sedikit, ini sangat dirasakan di pulau Kalimantan dan Papua dimana mereka sangat sulit dalam menjalankan kekuasaannya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk karena kurang jumlah SDM , apalagi SDM yang berkualitas.
   

Keadaan sosial dan ekonomi di pegunungan

Kesuburan yang selalu ada di daerah pegunungan yang diakibatkan terjadinya vulkanisme setiap gunung berapi meletus. keadaan tersebut sangat mendukung untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Contoh utama kegiatan tersebut adalah kebun kopi, kebun teh dan tanaman tembakau. di lain tempat juga ada yang menanam padi dan sayur-sayuran. Kegiatan lain yang dapat dilakukan di daerah pegunungan yaitu perikanan air tawar dan peternakan. 
Di perbukitan banyak penduduk yang menggunakan sebagian tanah yang datar untuk dijadikan tempat tinggal dan di atasnya didirikan rumah. Pada daerah lembah banyak terdapat sungai yang mengalir karena ada mata air di atas. Daerah lembah inilah yang menjadi favorit bagi penduduk untuk mendirikan rumahnya. Rumah-rumah yang dibangun biasanya berkumpul membentuk pemukiman terbatas pada daerah bukit yang datar tersebut dan biasanya mereka berkumpul dalam satu ikatan keluarga.
Daerah pegunungan kebanyakan mempunyai kemiringan yang cukup tinggi, bahkan bisa mencapai 45 derajat. Hal ini perlu taktik untuk membuat pertanian yang sesuai dengan kemiringan tersebut. Sawah dan ladang dibuat dengan tapak siring yang membentuk seperti tangga yang bersusun. Dalam sawah dan ladang tersebut bisa ditanami padi serta sayur-sayuran. Dengan temperatur yang cenderung dingin maka sangat memungkinkan sayur-sayuran bisa tumbuh dengan baik.
Di Indonesia banyak terdapat daerah pegunungan yang dipenuhi dengan hutan yang mempunyai hawa yang dingin menyegarkan dan hampir setiap hari turun hujan. Hutan yang kaya akan kayu, damar, pinus dan lain sebagainya bisa menjadi sumber devisa negara jika dimanfaatkan untuk menjadi bahan jadi industri, misalnya mebel dan kerajinan tangan. 
Selain itu dengan pemandangan hutan yang begitu indah sangat bermanfaat untuk dijadikan tempat wisata, terutama wisata berkemah dan mendaki gunung. Beberapa kota di Nusantara juga merupakan kota wisata yang terletak di dataran tinggi dan pegunungan, misalnya Malang dan kota Bandung.Kegiatan dalam dapur magma yang keluar ke permukaan bumi juga menghasilkan komoditas pertambangan yang sangat berguna, misalnya belerang dan tembaga. Dengan kekayaan alam seperti itu membuat penduduk bisa memanfaatkannya sebagai mata pencaharian dengan mencari bahan tembang disekitar gunung berapi.
Penduduk pegunungan membutuhkan bahan pangan yang dikonsumsi dalam keadaan hangat karena suhu udara yang dingin dan sangat lembap. Selain itu sebagian besar penduduk pegunungan memakai jaket atau pakaian tebal lainnya sebagai penangkal dari dinginnya udara sekitar pegunungan. 
Rumah yang dibangun oleh penduduk menggunakan bahan seng yang bisa menyimpan panas bagi dalam rumah. Jendela rumah juga sedikit agar hawa dingin dari luar tidak bisa masuk ke dalam. Perapian dalam rumah juga menjadi solusi apabila suhu sudah terlalu dingin, maka perapian itu bisa dinyalakan dan ruangan menjadi hangat terutama pada malam hari.  
Di sisi lain, sebagai tempat bertemunya dua lempeng bumi, Indonesia sangat kaya akan gunung berapi yang aktif. Gunung-gunung tersebut bisa saja meletus tiba-tiba yang mengeluarkan gas panas dan material lainya sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk lainnya. Maka disetiap gunung berapi dibangun pos pemantau yang memberi peringatan saat terjadi gunung meletus. Masyarakat disekitarnya sangat tahu apa yang dilakukan jika letusan terjadi, mereka akan berusaha mengungsi ke tempat yang aman untuk beberapa waktu dan akan kembali jika situasi sudah aman.